2.1 Perkembangan Teori Atom
1. Teori Atom John Dalton
Pada tahun 1803, John Dalton
mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom. Teori atom Dalton
didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum
susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat
sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”.
Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan
pendapatnya tentang atom sebagai berikut:
1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah
tidak dapat dibagi lagi
2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil,
suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang
berbeda
3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan
bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan
atom-atom oksigen
4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan
kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan
dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak peluru.
Kelemahan:
Berdasarkan penemuan tabung
katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih
lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan
partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan
anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode
merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan
selanjutnya disebut elektron.
Atom merupakan partikel yang
bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada
partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron
tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori
atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom
Thomson. Yang menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal
yang bermuatan positif dan didalamnya tersebar muatan negatif elektron”
Model atomini dapat
digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu
menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal,
yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal.
Kelemahan:
Kelemahan model atom Thomson
ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom
tersebut.
3. Teori Atom Rutherford
Rutherford bersama dua orang
muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan percobaan yang dikenal
dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah
ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan
bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis
kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson,
yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila
dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka,
didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang
sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan
sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa
satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.
Berdasarkan gejala-gejala
yang terjadi, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
Atom bukan merupakan bola
pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
Jika lempeng emas tersebut
dianggap sebagai satu lapisan atom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat
partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
Partikel tersebut merupakan
partikel yang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000
partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih
kecil daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang
didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model atom yang
dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari
inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron
yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat
partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak
saling tolak menolak.
Kelemahan:
Tidak dapat menjelaskan
mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
4. Teori Atom Bohr
ada tahun 1913, pakar fisika
Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui
percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil
memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti
atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori
klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat
postulat, sebagai berikut:
1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan
bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak
stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling
inti.
2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi
elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan
maupun diserap.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan
stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi
tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan
sifat-sifat tertentu, terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya
momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah
bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr,
elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang
disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah
kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor
kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.
Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa
menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.
5. Teori Mekanika Kuantum
Model atom mekanika kuantum
dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang
ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang
dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan
kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang
dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu
dari inti atom”.Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk
mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital
dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan
untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan
ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.
Persamaan Schrodinger.
x,y dan z
: Posisi dalam tiga dimensi
Y :
Fungsi gelombang
m : Massa
ђ : h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E : Energi total
V :
Energi potensial
Model atom dengan orbital
lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika
kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut
ini.Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi
yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit
bergabung membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit
dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama
tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.
Ciri khas model atom
mekanika kuantum :
1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga
lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti
penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi
dari ke boleh jadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu
dalam suatu atom)
2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari
ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam
bilangan kuantum tersebut)
3. Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut
Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar
ditemukannya elektron.
2.2
Partikel
Dasar Penyusun Atom
1). Elektron
Pada tahun 1875,
Crookes membuat tabung kaca yang kedua ujungnya dilengkapi dengan sekeping
logam sebagai elektroda (gambar 1). Setelah udara dalam tabung divakumkan dan
kedua elektroda dihubungkan dengan arus searah bertegangan tinggi, ternyata
timbul sinar pada kutub negatif (katoda) yang bergerak ke kutub positif
(anoda). Oleh sebab itu, sinar ini disebut sinar katoda dan alatnya disebut
tabung sinar katoda.
Sinar katoda bersifat
sebagai berikut:
1.
Secara normal sinar
katoda bergerak lurus.
2.
Sinar ini dapat
memutar baling-baling kecil yang diletakkan antara kedua elektroda. Berarti
sinar ini mempunyai energi dan bersifat sebagai materi.
3.
Sinar katoda
dibelokkan oleh medan listrik dan magnet. Arah pembelokan itu menunjukkan bahwa
sinar ini bermuatan negatif.
4.
Dengan menggunakan
spektroskopi massa ternyata partikel ini mempunyai e/m = -1,76 x 108 C
g-.
5.
Kemudian pada tahun
1908, R.A. Milikan mengukur sinar katoda dengan alat tetesan minyak, ternyata
muatan partikelnya = -1,6 x 10-19 C.
Dari kedua percobaan
diatas diperoleh massa elektron = 9,11 x 10-28 g. Hasil
penyelidikan selanjutnya menunjukkan bahwa sinar katoda merupakan partikel yang
paling ringan dan paling kecil. Sifat sinar katoda ini tidak bergantung pada bahan
katoda yang digunakan. Hal ini dibuktikan oleh Thomson dengan mengganti katoda percobaan Crookes dengan logam lain, dan ternyata
hasilnya sama. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa sinar katoda adalah partikel
negatif yang terdapat pada semua atom. Partikel ini kemudian diberi nama
elektron 2). Proton
Goldstein pada tahun
1886, membuat alat yang mirip tabung Crookes. Katoda dibuat berlubangdan
diletakkan agak ke dalam (gambar 2). Tabung diisi gas hidrogen bertekanan
rendah. Setelah dialirkan listrik menghasilkan dua macam sinar. Pertama sinar
katoda (elektron) yang bergerak dari katoda ke anoda. Kedua, sinar yang
bergerak ke katoda dan sebagian masuk ke dalam lobang (saluran) sehingga
disebut juga sinar saluran.
Hasil penyelidikan terhadap
sinar saluran adalah sebagai berikut :
1.
Diuji dengan medan
listrik atau magnet ternyata sinar ini bermuatan positif, maka disebut juga
sinar positif.
2.
Jika tabung diisi gas
lain, seperti helium, oksigen, dan nitrogen, menghasilkan sinar positif yang
berbeda. Berarti sinar yang dihasilkan bergantung pada jenis gas dalam tabung.
3.
Nilai e/m sinar ini
berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hal ini berarti sinar positif
mempunyai massa dan muatan tertentu. Massa sinar positif jauh lebih besar
daripada elektron.
4.
Sinar positif yang
paling ringan berasal dari gas hidrogen dan bermuatan sebesar muatan elektron,
tetapi tandanya berlawanan. Partikel ini kemudian dikenal dengan nama proton.
Massa proton = 1,6726 x 10-24 g
3). Neutron
Pada tahun 1932, James Chadwick melakukan eksperimen
untuk membuktikan hipotesis Rutherford bahwa dalam inti atom terdapat neutron.
Ia menembak atom berilium dengan sinar alfa. Dari hasil penembakan itu
terdeteksi adanya partikel tidak bermuatan yang mempunyai massa hampir sama dengan
proton. Karena sifatnya netral, partikel tersebut dinamakan neutron. Neutron
mempunyai massa 1,6750 x 10-24g.
2.3 Model Atom Mekanika Kuantum
Di sini gerak elektron digambarkan sebagai sebuah gejala
gelombang. Persamaan dinamika Newton yang sedianya digunakan untuk menjelaskan
gerak elektron digantikan oleh persamaan Schrodinger yang menyatakan fungsi
gelombang untuk elektron. Model atom yang didasarkan pada prinsip ini disebut
model atom mekanika kuantum.posisi dan keberadaan
elektron di dalam atom dinyatakan sebagai peluang terbesar elektron di dalam
atomPersamaan Schrodinger untuk elektron di dalam atom dapat
memberikan solusi yang dapat diterima apabila ditetapkan bilangan bulat untuk
tiga parameter yang berbeda yang menghasilkan tiga bilangan kuantum. Ketiga
bilangan kuantum ini adalah bilangan kuantum utama, orbital, dan magnetik.
Jadi, gambaran elektron di dalam atom diwakili oleh seperangkat bilangan
kuantum ini.
Bilangan Kuantum Utama
Dalam
model atom Bohr, elektron dikatakan berada di dalam lintasan stasioner dengan
tingkat energi tertentu. Tingkat energi ini berkaitan dengan bilangan kuantum
utama dari elektron. Bilangan kuantum utama dinyatakan dengan lambang n sebagaimana tingkat energi elektron pada
lintasan atau kulit ke-n. untuk atom hidrogen, sebagaimana dalam model atom Bohr,
elektron pada kulit ke-n memiliki
energi sebesar
n = 1, 2, 3, 4, ….
Bisa dikatakan bahwa bilangan kuantum utama berkaitan dengan
kulit elektron di dalam atom. Bilangan kuantum utama membatasi jumlah elektron
yang dapat menempati satu lintasan atau kulit berdasarkan persamaan
berikut.Jumlah maksimum elektron pada kulit ke-n adalah 2n2.
Bilangan Kuantum Azimut
Elektron yang bergerak mengelilingi inti
atom memiliki momentum sudut. Efek Zeeman yang teramati ketika atom berada di
dalam medan magnet berkaitan dengan orientasi atau arah momentum sudut dari
gerak elektron mengelilingi inti atom. Terpecahnya garis spektum atomik
menandakan orientasi momentum sudut elektron yang berbeda ketika elektron
berada di dalam medan magnet.Tiap orientasi momentum sudut elektron
memiliki tingkat energi yang berbeda. Meskipun kecil perbedaan tingkat energi
akan teramati apabila atom berada di dalam medan magnet. Momentum sudut
elektron dapat dinyatakan sebagai Dimana Bilangan l disebut bilangan kuantum orbital. Jadi, bilangan kuantum orbital lmenentukan besar momentum sudut elektron. Nilai bilangan kuantum
orbitall adalah
l = 0, 1, 2, 3, … (n – 1)
misalnya, untuk n = 2, nilai l yang diperbolehkan adalah l = 0 dan l = 1.
Bilangan Kuantum Magnetik
Momentum
sudut elektron L merupakan sebuah vektor. Jika vektor
momentum sudutL diproyeksikan ke arah sumbu yang tegak atau
sumbu-z secara tiga dimensi akan didapatkan besar komponen momentum sudut arah
sumbu-z dinyatakan sebagai Lz.
bilangan bulat yang berkaitan dengan besar Lz adalah m.
bilangan ini disebut bilangan kuantum magnetik. Karena besar Lz bergantung pada besar momentum sudut
elektron L, maka
nilai mjuga
berkaitan dengan nilai l.
m = −l, … , 0, … , +l
misalnya,
untuk nilai l = 1, nilai m yang diperbolehkan adalah −1, 0, +1.
Bilangan Kuantum Spin
Bilangan kuantum spin diperlukan untuk menjelaskan efek Zeeman
anomali. Anomali ini berupa terpecahnya garis spektrum menjadi lebih banyak
garis dibanding yang diperkirakan. Jika efek Zeeman disebabkan oleh adanya
medan magnet eksternal, maka efek Zeeman anomali disebabkan oleh rotasi dari
elektron pada porosnya. Rotasi atau spin elektron menghasilkan momentum sudut
intrinsik elektron. Momentum sudut spin juga mempunyai dua orientasi yang
berbeda, yaitu spin atas dan spin bawah. Tiap orientasi spin elektron memiliki
energi yang berbeda tipis sehingga terlihat sebagai garis spektrum yang
terpisah.garis spektra atom yang terpisah di dalam medan magnet berasal
dari spin elektronSpin
elektron diwakili oleh bilangan kuantum tersendiri yang disebut bilangan
kuantum magnetik spin (atau biasa disebut spin saja). Nilai bilangan kuantum
spin hanya boleh satu dari dua nilai +½ atau −½. jika ms adalah bilangan kuantum
spin, komponen momentum sudut arah sumbu-z dituliskan sebagai
Sz = msћ
Dimana
Spin ke atas dinyatakan dengan
Spin ke bawah dinyatakan dengan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar