Translate

Selasa, 06 Januari 2015

Sosial dan Budaya Di Provinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau, sebagai nama sebuah provinsi yang tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai dengan namanya, provinsi ini terdiri atas ribuan pulau (1.062 buah), baik besar maupun kecil, berpenghuni maupun belum. Pulau-pulau yang termasuk besar antara lain: Bintan, Karimun, Singkep, Lingga, dan Natuna. Luas wilayahnya mencapai 250.162 kilometer persegi. Sijori Pos (Ahad, 23 Juni 2002) malah menyebutkan lebih dari itu, yaitu 251.810,71 kilometer persegi. Sangkin banyaknya, maka masyarakat setempat mengibaratkannya sebagai segantang lada, sehingga muncullah istilah “bumi segantang lada” untuk menyebut daerah Kepulauan Riau. 
Wilayahnya yang relatif luas itu sebagian besar (95,79%) terdiri atas perairan. Sedangkan, selebihnya berupa dataran yang berbukit-bukit tetapi pantainya landai. Di sana-sini dihiasi oleh bebatuan pra-tersier yang berupa metamor dengan sedimen yang terbatas. Jenis tanahnya pada umumnya terdiri atas: organosol dan clay, humik, podsol, podsolik, lotosol, dan latosol yang mengandung granit (Pemda TK. II Kepulaun Riau, 1997: 4). Iklim yang menyelimutinya adalah tropis dengan temperatur terendah 23 derajat Celcius dan tertinggi 30 derajat Celcius. Kelembaban udaranya sekitar 88 derajat, sedangkan curah hujannya rata-rata 2.000 milimeter per tahun. 

Sosial dan Budaya Di Provinsi Jambi

Hanya ada satu bahasa daerah di Provinsi Jambi, yaitu Bahasa Melayu, dengan beberapa dialek lokal seperti dialek Kerinci, Bungo/Tebo, Sarolangun, Bangko, Melayu Timur (Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), Batanghari, Jambi Seberang, Anak Dalam dan Campuran. Khusus untuk masyarakat Kerinci, mereka mempunyai aksara tersendiri yang dikenal dengan Aksara Encong yang dapat ditemui dan digunakan oleh sekelompok masyarakat di sana. Provinsi ini dapat dikatakan multietnis. Sebagian besar adalah Melayu Jambi dan selebihnya adalah berbagai suku dan etnis dari seluruh Indonesia. Etnis dominan adalah Minang, Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Cina, Arab, dan India. Di provinsi ini adat istiadat Melayu sangat dominan. Adat inilah yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang bersendikan kepada hukum islam. Adagium ”Adat bersendikan sara’, sara’ bersendikan kitabullah” atau ”Sara’ mengato adat memakai” sangat memsyarakat di sana. Penegak syariat Islam banyak mewarnai masyarakat Jambi.

Sosial dan Budaya Di Sumatra Barat

Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama: Koto Piliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istana Pagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilah Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).. Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing. Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas yang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatif rukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, seperti suku Mentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam di kota-kota di Sumatera Barat. 

Sosial dan Budaya Di Papua

Sistem Sosial dan Budaya di Papua
Perspektif sosial dan budaya merupakan proses perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan pola pikir, gagasan dan ide-ide manusia mengakibatkan terjadinya perbedaan dengan keadaan sebelumnya dengan keadaan yang sedang dihadapi seperti perubahan struktur, fungsi budaya baik dalam wujud penambahan unsur baru atau pengurangan dan penghilangan unsur lama bisa dalam manifestasi kemunduran (regress) dan bisa juga kemajuan (progress).
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani dan Sentani.