Tanggapan Yang Tanggap

Jadi tanggapan, ngasih tanggapan, ditanggapi, nggak menanggapi atau harus tanggap, artinya bisa beda-beda ya. Pastinya tiap situasi yang lagi dihadapi, butuh tanggapan yang tanggap biar klop gitu loh hasilnya.

Cara kita menanggapi sesuatu, entah itu sesuatu yang udah masuk status penting gawat darurat ato cuman kasus numpang lewat, kualitas tanggapan kita itu tetep harus diperhatiin, soalnya, kalo nggak, gimana kalo kita dianggap sebagai sebuah tanggapan? He he he  gak mau kan?

(Udah pada tau kan apa yang dimaksud ‘jadi sebuah tanggapan’ itu adalah jadi tontonan   ato dagelan   ato candaan   ato bahan olok-olok. Gak mau kan?! Kalo asal ngasih tanggapan dengan motivasi biar dianggap pandai, cerdas, intelek ato bijak, waspada juga loh , ntar salah-salah jadi Vickysasi versi 2 deh alias ngawurisisasi bin bodohisisasi!)

Kadang-kadang emang kita ini suka ingin ngasih sesuatu yang terbaik buat orang-orang terkasih yang ada di sekitar kita, ya sedikitnya ngasih tanggapan gitu, apalagi kalo mau ngasih sesuatu yang lain nggak bisa, kita suka mikir setidaknya buat ngasih tanggapan melalui kata-kata adalah yang terbaik, padahal itu belum tentu loh.

Nah! Itu dia yang dimaksud sama tanggapan yang harus berkualitas disini. Tanggapan yang pas itu adalah tanggapan yang diberikan secara tepat waktu, tepat pada tempatnya, cukup arif dan bijaksana, tidak membawa unsur api alias bikin panas yang menerima ato ngomporin. Juga nggak ngasih tanggapan yang bisa bikin galau melo ngaco.

Tanggapan yang tanggap itu adalah tanggapan yang bisa meneduhkan hati, menenangkan pikiran dan memancarkan harapan. Kata-kata yang bisa ngasih motivasi buat semangat yang benar bukan semangat balas dendam ato malah bikin galau ya. Kata-kata yang dating dari hati yang tulus dan penuh kearifan. Kalo cuman sok-sok arif ato bijak sih, tetep bakal ketauan juga pada akhirnya. So wot geto loh 

Hanya tanggapan yang tanggap yang bisa membawa perubahan. Orang-orang yang bisa tanggap akan situasi biasanya bisa menyikapi tindakan. Kalo kita mau jadi seseorang yang punya ‘anugerah tanggap’ dalam banyak hal, mulai mengerti akan arti takut akan Tuhan dan mengenal sosok nabi Sulaiman adalah di antara caranya.

Tanggapan yang tanggap itu gak melulu datang dari otak tapi juga memakai hati.

Tau kapan saat diam tanpa harus buka mulut dan tau kapan musti ngomong. Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menyuarakannya, akan memakan buahnya. Mulutmu Harimaumu, inget kan sama pepatah itu?