Aku saat itu duduk di bangku kelas 1 SMA. Aku mulai mengenal cinta yang dewasa itu seperti apa. Semenjak mengenal seorang laki-laki. Usianya 4tahun lebih tua dari ku. Singkat cerita kami memutuskan untuk menjalin suatu hubungan jarak jauh, karena dia tinggal di Bekasi, sedangkan aku di Bandung. Awalnya semua berjalan lancar, sampai 1tahun berlalu, dia menjemput ku ke Bandung, dan membawa ku ke Bekasi, ke rumahnya. Semua wanita pasti tegang saat pertama kali bertemu dengan orang tua pasangannya. Berharap mereka merespon ku dengan baik, ternyata malah sebaliknya.
Keesokan harinya,
"Kamu kalau mau ke Bekasi main aja sendiri, gak perlu diantar jemput sama anak saya, memangnya kamu pikir yang penyakitan itu kamu saja, anak saya juga dulunya penyakitan dan mudah jatuh sakit"
Dari situ aku mulai merasa mereka gak suka sama aku, yang buat aku gak enak, ibunya bilang aku ini penyakitan. Cuma karena aku sering pingsan karena sakit asma ku. Aku berlari ke kamar yang aku tempati, sambil menangis tersedu, aku mengabari teman pacar ku untuk mengantar ku pergi ke terminal bus terdekat, agar aku dapat pulang sendiri. Pacar ku melihat ku ketika sedang menangis, aku berusaha untuk menyembunyikan hal apa yang buat ku menangis. Akhirnya pada sore hari aku pulang diantar pacar ku, dan melihat reaksi dari orang tua dia, aku tau sebenarnya mereka tak setuju.
"Kamu kalau mau ke Bekasi main aja sendiri, gak perlu diantar jemput sama anak saya, memangnya kamu pikir yang penyakitan itu kamu saja, anak saya juga dulunya penyakitan dan mudah jatuh sakit"
Dari situ aku mulai merasa mereka gak suka sama aku, yang buat aku gak enak, ibunya bilang aku ini penyakitan. Cuma karena aku sering pingsan karena sakit asma ku. Aku berlari ke kamar yang aku tempati, sambil menangis tersedu, aku mengabari teman pacar ku untuk mengantar ku pergi ke terminal bus terdekat, agar aku dapat pulang sendiri. Pacar ku melihat ku ketika sedang menangis, aku berusaha untuk menyembunyikan hal apa yang buat ku menangis. Akhirnya pada sore hari aku pulang diantar pacar ku, dan melihat reaksi dari orang tua dia, aku tau sebenarnya mereka tak setuju.
Setelah kejadian itu aku tak pernah lagi berhubungan dengan orang tuanya. Sampai suatu saat dia main ke rumah ku lagi. Orang tuanya bertanya pada ku
"Anak saya ada di rumah kamu? Tolong ya jangan ganggu anak saya lagi. Jangan pernah berhubungan dengan anak saya lagi."
Aku sebenarnya saat itu ingin langsung memutuskan hubungan ku dengan dia, tapi dia menguatkan ku dan membuat ku kuat. Berulang kali orang tuanya meminta ku untuk menjauhi anaknya. Hubungan kami pun semakin renggang. Jarak dan restu semakin membuat kami sulit untuk bertemu.
"Anak saya ada di rumah kamu? Tolong ya jangan ganggu anak saya lagi. Jangan pernah berhubungan dengan anak saya lagi."
Aku sebenarnya saat itu ingin langsung memutuskan hubungan ku dengan dia, tapi dia menguatkan ku dan membuat ku kuat. Berulang kali orang tuanya meminta ku untuk menjauhi anaknya. Hubungan kami pun semakin renggang. Jarak dan restu semakin membuat kami sulit untuk bertemu.
Di suatu malam, aku menelepon dia, dan ternyata yang menjawab adalah ayah nya. Karena refleks, aku langsung mematikan teleponnya. Kemudian ayahnya memberi ku pesan
"Tidak bosan bosannya kamu mengganggu keluarga kami. Sudah bertahun tahun saya bilang. Berhenti komunikasi dengan anak saya. Tindakan kamu ini bisa di kenakan pasal, ingat itu"
Jujur sebenarnya aku bingung, pasal apa yang akan aku dapatkan? Tuduhan karena berpacaran dengan anaknya? Lalu aku dikenai pasal, kemudian masuk penjara?
Kembali pacar ku meminta ku untuk lebih bersabar dan bertahan. Aku mengikuti maunya. Tapi sikapnya yang cuek, dan hanya menghubungi ku seenaknya saja. Membuat ku semakin kehilangan pegangan.
"Tidak bosan bosannya kamu mengganggu keluarga kami. Sudah bertahun tahun saya bilang. Berhenti komunikasi dengan anak saya. Tindakan kamu ini bisa di kenakan pasal, ingat itu"
Jujur sebenarnya aku bingung, pasal apa yang akan aku dapatkan? Tuduhan karena berpacaran dengan anaknya? Lalu aku dikenai pasal, kemudian masuk penjara?
Kembali pacar ku meminta ku untuk lebih bersabar dan bertahan. Aku mengikuti maunya. Tapi sikapnya yang cuek, dan hanya menghubungi ku seenaknya saja. Membuat ku semakin kehilangan pegangan.
Ada satu mantannya yang menghubungi ku lewat facebook.
"Kamu masih pacaran sama dia?"
"Iya, memang kenapa?
"Oh engga, soalnya dia bilang, katanya kalian uda putus."
Sakit hati gak sih, pacar kita, bilang ke mantannya kalau kita ini uda putus?
Gak sampai disitu wanita itu terus saja memancing emosi ku, dia bilang dia sering sekali main ke rumah pacar ku. Sampai sampai ibunya pacar ku meminta wanita itu untuk kembali berhubungan dengan pacar ku.
"Kamu masih pacaran sama dia?"
"Iya, memang kenapa?
"Oh engga, soalnya dia bilang, katanya kalian uda putus."
Sakit hati gak sih, pacar kita, bilang ke mantannya kalau kita ini uda putus?
Gak sampai disitu wanita itu terus saja memancing emosi ku, dia bilang dia sering sekali main ke rumah pacar ku. Sampai sampai ibunya pacar ku meminta wanita itu untuk kembali berhubungan dengan pacar ku.
Aku bingung dengan hubungan ini. Sudah jauh, jarang bertemu, ditentang orang tua, dia cuek, ada orang ketiga, dan dari ulangtahun ku yang ke 16 sampai ke 18, dia gak pernah inget sama ulangtahun ku. Yang diucapnya selalu.
"Sayang maaf kakak lupa, kakak terlalu sibuk." Di saat ulangtahun ku yang ke 17, dia ingat ulangtahun ku setelah 12 hari kemudian. Apalagi yang lebih buruk?
"Sayang maaf kakak lupa, kakak terlalu sibuk." Di saat ulangtahun ku yang ke 17, dia ingat ulangtahun ku setelah 12 hari kemudian. Apalagi yang lebih buruk?
Pada tanggal 10 Mei 2014 dia mengunjungi ku. Sebagai seorang wanita pasti ada saja rasa penasaran untuk cek hp pacar, karena sudah 6 bulan aku tak bertemu dengannya. Ku lihat banyak pesan di hp nya, namun ada dua nomor yang membuat ku penasaran, nomor pertama itu nomor mantannya. Ternyata pacar ku sempat mengantar jemput mantannya, telepon, dan makan bersama, belum sampai disitu, nomor yang satu lagi ternyata dari wanita lain, pacar ku menggoda wanita itu sama seperti saat pertama kali dia mendekati aku. Tak lama setelah kita bertemu itu. Akhirnya pada tanggal 7 Juni 2014 aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Dan sama seperti sebelumnya, tak ada tanggapan apapun darinya.
Sampai pada tanggal 9 Juni 2014, dia mengabari ku dan untuk kesekian kalinya meminta maaf. Awalnya hati ku sempat luluh, sampai akhirnya dia bilang
"Dek sebentar ya kakak mau nonton debat capres cawapres dulu"
Ternyata hubungan kami gak lebih penting dari sebuah acara debat. Dari situ aku benar-benar memutuskan untuk tidak lagi memberinya kesempatan. Dan di saat hari jadi kita yang seharusnya ke 30 bulan (25 Juni 2014) dia whatsapp aku
"Ade sayang kamu lagi apa, uda makan?"
Sungguh dia benar benar permainkan perasaan ku!!!
"Dek sebentar ya kakak mau nonton debat capres cawapres dulu"
Ternyata hubungan kami gak lebih penting dari sebuah acara debat. Dari situ aku benar-benar memutuskan untuk tidak lagi memberinya kesempatan. Dan di saat hari jadi kita yang seharusnya ke 30 bulan (25 Juni 2014) dia whatsapp aku
"Ade sayang kamu lagi apa, uda makan?"
Sungguh dia benar benar permainkan perasaan ku!!!
oleh Melati Anjar Paramitha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar