Hanya ada satu bahasa daerah di Provinsi Jambi,
yaitu Bahasa Melayu, dengan beberapa dialek lokal seperti dialek Kerinci,
Bungo/Tebo, Sarolangun, Bangko, Melayu Timur (Tanjung Jabung Barat dan Tanjung
Jabung Timur), Batanghari, Jambi Seberang, Anak Dalam dan Campuran. Khusus
untuk masyarakat Kerinci, mereka mempunyai aksara tersendiri yang dikenal
dengan Aksara Encong yang dapat ditemui dan digunakan oleh sekelompok
masyarakat di sana. Provinsi ini dapat dikatakan multietnis. Sebagian besar
adalah Melayu Jambi dan selebihnya adalah berbagai suku dan etnis dari seluruh
Indonesia. Etnis dominan adalah Minang, Bugis, Jawa, Sunda, Batak, Cina, Arab,
dan India. Di provinsi ini adat istiadat Melayu sangat dominan. Adat inilah
yang mengatur segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang
bersendikan kepada hukum islam. Adagium ”Adat bersendikan sara’, sara’
bersendikan kitabullah” atau ”Sara’ mengato adat memakai” sangat memsyarakat di
sana. Penegak syariat Islam banyak mewarnai masyarakat Jambi.
Dalam keseharian
mereka, banyak ajaran dan pengaruh Islam diterapkan, diantaranya tradisi
tahlilan kematian, Yasinan, serta berbagai upacara yang dilakukan mengikuti
daur hidup manusia. Sebagai masyarakat agraris, warga Jambi juga kerap
melaksanakan adat–istiadat yang berkaitan juga dalam bidang pertanian, misalnya
adat “serentak turun ke umo”. Dalam mengolah sawah sesuai dengan musimnya
dengan berpedoman pada rotasi iklim, hal ini di sebut “piamo”. Dalam hal
keamanan tanaman agar tidak dirusak ternak, berlaku pepatah adat ”umo bekandang
siang, kerbo bekandang malam”, yang berarti jika binatang ternak mengganggu
tanaman siang hari, maka tanggung jawab tetap pada si pemilik sawah atau kebun.
Sebaliknya jika ternak memasuki sawah atau kebun pada malam hari, tanggung jawab
tetap ada di pundak pemilik ternak. Untuk memperkuat dan memelihara adat
istiadat tersebut, berbagai kegiatan kesenian dan sosial budaya kerap di
lakukan, antara lain : Tari Asik, dilakukan oleh sekelompok orang untuk
mengusir bala penyakit; Tradisi Berdah, dilaksanakan saat terjadi bencana
dengan tujuan menolak bencana; Kenduri Seko, bertujuan untuk membersihkan
pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al Kitab dalam bentuk Ranji–ranji Kuno;
Mandi Safar, dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk
menolak bala; Mandi Belimau Gedang, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan
tujuan menyucikan dan mengharumkan diri; dan Ziarah Kubur, dilaksanakan
menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah leluhur.
Provinsi Jambi sangat
kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerah adalah anyaman
yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun
pandan, daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun
nipah, dan daun rumbia. Hasil anyaman ini bermacam–macam pula, mulai dari
bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang, atap, ketupat, tudung
saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo,
lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah hasil tenun yang sangat terkenal,
yaitu tenunan dan batik motif flora.Rujukan Pengurus LBBJ (Lembaga Budaya Batak
Jambi) Periode 2008-2011 KabarIndonesia - Jamb, Drs. H. Rahmad Derita Harahap
dan Ir. P. Bernhard Panjaitan MM kembali terpilih sebagai Ketua Umum (Ketum)
dan Sekretaris Umum (Sekum) Badan Pengurus Pusat (BPP) Lembaga Budaya Batak
Jambi (LBBJ) Provinsi Jambi periode 2008-2011 pada rapat pengurus di Grand
HOTEL Jambi, Sabtu (22/11). Rapat tersebut juga sebagai laporan
pertanggungjawaban BPP LBBJ Provinsi Jambi periode 2006-2008. Menurut Ir P
Bernhard Panjaitan, perjalanan LBBJ Provinsi Jambi untuk turut ambil bagian
dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan serta silaturahmi masyarakat Batak
Jambi dalam keaneka ragamannya. Disebutkan, BPP LBBJ Provinsi Jambi dalam masa
kepengurusannya hingga kini telah berusaha turut serta memberikan warna
terhadap masyarakat Jambi pada umumnya dan pada masyarakat Batak Jambi
khususnya. Produk-produk yang dihasilkan oleh LBBJ Provinsi Jambi diantaranya,
Pengukuhan BPP LBBJ Provinsi Jambi 7 September 2003, Pemberian Gelar Adat
kepada Bupati Tanjung Jabung Timur dan Pelantikan Pengurus LBBJ Tanjabtim,
Pelantikan Pengurus LBBJ, 16 Juni 2005 di HOTEL Tapian Ratu. Kemudian
Pangupahon (pemberian tanda kehormatan) kepada Djaiutan Mangaradja, Zulkifli
Nurdin (Gubernur Jambi) di Gedung Pesebanan Jambi tahun 2005, melaksanakan
musyawarah kerja (Musker) LBBJ di Gedung BKOW Jambi tahun 2006. Menurut Ir
Bernhard Panjaitan, selanjutnya program lain yang telah dilakukan yakni,
menghadiri undangan DPRD Provinsi Jambi dalam rangka HUT Provinsi Jambi januari
2007 dan Januari 2008, pergantian Sekretaris Jenderan LBBJ Provinsi Jambi dari
Pinondang Hutabarat kepada Ir. P Bernhard Panjaitan tahun 2008. Selanjutnya,
menghadiri pertemuan Gubernur Jambi dengan seluruh Suku dan Tokoh adat di Rumah
Gubernur Jambi 24 April 2008, mengadakan acara “Semalam di Bona Pasogit”
sekaligus pemberian Ulos Holong kepada Djaitutan Mangaraja Zulkifli Nurdin di
kediaman Zulkifli Nurdin, Mei 2008. “Kegiatan lain melaksanakan dan mengikuti
seminar sehari wajib belajar 12 tahun Provinsi Jambi yang dilaksanakan atas
kerja sama Dunia Meklayu dan Dunia Islam (DMDI) Jambi, LBBJ dengan Dinas
Pendidikan Provinsi Jambi. Seminar adat Toba bekerjasama dengan HKBP Jambi Juli
2008 di Jambi,”kata Drs. Rahmad Derita Harahap menambahkan. Disebutkan,
kegiatan lain menghadiri pelantikan Walikota dan Wakil Walikota Jambi Periode
2008-2012 di Gedung DPRD Provinsi Jambi 4 Nopember 2008. Pemberian krans bunga
sebagai tanda turut berduka cita terhadap warga Batak di Jambi yang meninggal
dunia. Pemilihan Pemilihan Ketum dan Sekjen BPP LBBJ Provinsi Jambi dilakukan
oleh perwakilan lima Ketua Puak Batak. Antara lain Puak Simalungun ( B Saragih
Sitio), Puak Toba (OM Simangunsong), Puak Karo (A Pinem), Puak Tabaksel (R
Siregar) dan Puak Fak-fak (K. Maha Silalahi). Setelah kepengurusan demisioner,
pimpinan sidang terdiri dari Ir Tagor Mulia Nasution, Ir. P Bernhard Panjaitan,
Robinson Hutapea, A Pinem, Drs P Sitio. Usai dilakukan pemilihan, perwakilan
kelima Puak menyampaikan hasil pilihan Ketua Umum dan Sekretaris Umum. Jumlah
peserta rapat yang hadir sekitar 50 orang yang terdiri dari lima Puak dalam
kepengurusan LBBJ Provinsi Jambi. Sementara untuk melengkapi kepengurusan
lengkap diserahkan kepada Ketua Umum dan Sekum terpilih dibantu sejumlah
formatur. Pengurus terpilih diberi waktu seminggu untuk menyusun pengurus yang
baru sesuai dengan Anggaran Dasar LBBJ Provinsi Jambi. Pengurus terpilih juga
mengundang seluruh pengurus dari lima Puak hadir di Rumah Makan Aneka Rasa,
Senin (24/11) pukul 19.00 wib. Pertemuan itu dalam rangka penyusunan struktur
pengurus. Sementara pelantikan pengurus baru LBBJ Provinsi Jambi direncanakan
awal Desember 2008. Sosial Budaya Sementara itu, beberapa tokoh Adat masyarakat
Batak di Jambi OM Simangunsong, WP Napitupulu, mengatakan, seyogyanya program
LBBJ Provinsi Jambi ke depan dapat mengayomi seluruh etnis Batak yang ada di
Provinsi Jambi dalam membangun Provinsi Jambi. Organisasi sosial budaya LBBJ
Provinsi Jambi juga diharapkan sebagai jembatan masyarakat Batak di Jambi
terhadap pemerintah daerah khususnya dalam menciptakan lapangan kerja serta
memperbaiki ekonomi masyarakat Batak di Provinsi Jambi. Menurut Drs Rahmad
Derita dan Ir. P Bernhard Panjaitan dalam kata penutupnya mengatakan, sebagai
upaya LBBJ memenuhi eksintensinya menjadi organisasi Batak Jambi yang kuat,
maju dan mandiri ditengah-tengah masyarakat yang pluralis, maka LBBJ perlu
turut ambil bagian dalam setiap upaya guna mewujudkan persatuan dan kesatuan.
Kemudian silaturahmi masyarakat Batak Jambi dalam keanekaragamannya. Agande
aktivitas kedepan yakni meningkatkan hubungan silaturahmi dengan masyarakat
Batak di Jambi. LBBJ harus menciptakan format saling membutuhkan dan saling
memiliki dengan masyarakat Batak di Jambi. Selanjutnya meningkatkan hubungan
dengan seluruh komponen masyarakat Jambi. LBBJ perlu melakukan pergaulan
seluruh komponen masyarakat Jambi. Hal itu agar masyarakat Batak tidak
mengalami keteransingan dan diskriminasi. “LBBJ sebagai salah satu representasi
wadah masyarakat Batak Jambi, sebagai bagian tak terpisahkan dari warga
masyarakat Batak Jambi harus mampu bereksintensi dan seraya membangun
masyarakat sipil yang egaliter (civil & egalitarian sociaty) yang berunsur
saling menghargai, menghormati dan saling mangkaholongi (mengasihi),” ujar Ir.
P Bernhard Panjaitan didampingi Drs Rahmad Derita Harahap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar