Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku
Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama: Koto Piliang
didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yang didirikan Datuak
Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliang memakai sistem aristokrasi yang
dikenal dengan istilah Titiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istana
Pagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal
dengan istilah Mambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).. Sehari-hari, masyarakat
berkomunikasi dengan Bahasa Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti
dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek
Payakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa
puluh kilometer di lepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan
Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing
digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing. Masyarakat Sumatera Barat,
sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbuka terhadap
nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas
yang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi.
Meskipun suku Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara
keseluruhan, kehidupan mereka relatif rukun dan damai dengan warga pendatang
lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, seperti suku Mentawai di
Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di
Pasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya
yang berdiam di kota-kota di Sumatera Barat.
Di antara sesama mereka terdapat
hubungan dan interaksi sosial yang positif dan jarang terdapat jurang dan
kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dan golongan. Hal ini
merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dan
dikembangkan serta ditingkatkan.Rujukan Transportasi Transportasi udara dari
dan ke Sumatera Barat saat ini melalui Bandar Udara Internasional Minangkabau
(BIM). Bandar Udara kebanggaan masyarakat Sumatera Barat ini berada di
kabupaten Padang Pariaman, lebih kurang 20 km dari pusat kota Padang. Bandar
Udara ini mulai aktif beroperasi pada akhir tahun 2005 menggantikan Bandar
Udara Tabing. Transportasi darat untuk angkutan umum dari dan ke Sumatera Barat
berpusat di Terminal Regional Air Pacah, Padang. Terminal ini melayani
kendaraan umum antar kota antar provinsi (AKAP) dan antar kota dalam provinsi
(AKDP). Distribusi jalur antar kota dalam provinsi dari Terminal Regional Air
Pacah akan berakhir di wilayah tingkat II yaitu terminal angkutan umum tiap
kotamadya atau kabupaten di Sumatera Barat. Transportasi laut dari dan ke
Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Teluk Bayur, Padang. Transportasi sungai
dari dan ke Sumatera Barat berpusat di Pelabuhan Muara, Padang. Pelabuhan Muara
antara lain melayani transportasi menuju Kepulauan Mentawai menggunakan kapal
cepat (feri atau speed boat). Pelabuhan ini juga menjadi tempat bersandar
kapal-kapal pesiar (yacht). Suku Bangsa Mayoritas penduduk Sumatera Barat
merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula
suku Batak Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam keseharian ialah bahasa daerah yaitu Bahasa
Minangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek
Pariaman, dialek Pesisir Selatan dan dialek Payakumbuh. Di daerah Pasaman yang
berbatasan dengan Sumatera Utara, dituturkan juga Bahasa Batak dialek
Mandailing, yang biasanya digunakan suku Batak Mandailing. Sementara itu di
daerah Mentawai yang berupa kepulauan dan terletak beberapa puluh kilometer
lepas pantai Sumatera Barat, bahasa yang digunakan adalah Bahasa Mentawai.
Agama Mayoritas penduduk Sumatera Barat beragama Islam. Selain itu ada juga yang
beragama Kristen di Kepulauan Mentawai, serta Hindu dan Buddha yang pada
umumnya adalah para pendatang. Pendidikan Perguruan Tinggi di Sumatera Barat: *
Universitas Negeri Padang * Universitas Andalas * Universitas Bung Hatta *
Universitas Baiturrahmah * Universitas Putra Indonesia * Universitas Ekasakti *
Universitas Muhammadiyyah Sumatera Barat * Institut Agama Islam Negeri Imam
Bonjol * STAIN Bukittinggi * STAIN Batusangkar * Institut Teknologi Padang *
STSI Padang Panjang * STMIK Indonesia * STMIK Jayanusa * STBA Prayoga *
STIE"KBP" Padang * STIE Dharma Andalas * AKBP Padang * ABA Alaska *
Akademi Teknologi Industri Padang * STIFI Yayasan Perintis Padang Tarian Tari
tradisi bersifat klasik yang berasal dari Sumatera Barat yang ditarikan oleh
kaum pria dan wanita umumnya memiliki gerakan aktif dinamis namun tetap berada
dalam alur dan tatanan yang khas. Kekhasan ini terletak pada prinsip tari
Minangkabau yang belajar kepada alam, oleh karena itu dinamisme gerakan
tari-tari tradisi Minang selalu merupakan perlambang dari unsur alam. Pengaruh
agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga
memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi Minangkabau. Macam-macam
tari tradisional dari Sumatera Barat meliputi: 1. Tari Piring 2. Tari Payung 3.
Tari Randai 4. Tari Pasambahan 5. Tari Indang Seni tari tradisional Pencak
Silat dari Minangkabau merupakan penggabungan dari gerakan tari dan seni
beladiri khas Minang. Pencak Silat di Minangkabau memiliki beberapa aliran,
diantara nya aliran Harimau Kumango.Tarian ini biasanya sudah diajarkan kepada
kaum pria di Minangkabau semenjak kecil hingga menginjak usia akil baligh
(periode usia 6 hingga 12 tahun) untuk dijadikan bekal merantau. Saat ini seni
tari pencak silat sudah mendunia dengan terbentuknya federasi pencak silat
sedunia IPSF (International Pencak Silat Federation). Rumah Adat Rumah adat
Sumatera Barat disebut Rumah Gadang. Rumah adat asli setiap tiangnya tidaklah
tegak lurus atau horizontal tapi mempunyai kemiringan. Ini disebabkan oleh
orang dahulu yang datang dari laut hanya tahu bagai mana membuat kapal.
Rancangan kapal inilah yang ditiru dalam membuat rumah. Rumah adat jugat tidak
memakai paku tapi memakai pasak kayu. Ini disebabkan daerah Sumatera Barat
rawan terhadap gempa, baik vulkanik maupun tektonik. Jika dipasak dengan kayu
setiap ada gempa akan semakin kuat mengikatnya. Senjata Tradisional Senjata
tradisional Sumatera Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum
laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi
mempelai pria. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh
raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka. Makanan Dalam dunia kuliner,
Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang. Masakan
Padang yang terkenal dengan citarasa yang pedas dapat ditemukan hampir di
seluruh penjuru Nusantara, dan dapat ditemukan juga di luar negeri. Beberapa
contoh makanan dari Sumatera Barat yang sangat populer adalah Rendang, Sate
Padang, Dendeng Balado, Ayam Pop, Soto Padang, dan Bubur Kampiun. Selain itu,
Sumatera Barat juga memiliki ratusan resep, seperti Galamai, Wajik, Kipang
Kacang, Bareh Randang, Dakak-dakak, Rakik Maco, Karupuak Balado dan Karupuak
Sanjai. Makanan ciri khas masing-masing kota dan kabupaten di Sumatera Barat
untuk dijadikan buah tangan (oleh-oleh) adalah: Kota Padang terkenal dengan
bengkuang dan karupuak balado, Kota Padang Panjang terkenal dengan satenya,
Kota Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Kota Payakumbuh dengan galamai dan
bareh rendang, Kabupaten Agam terkenal dengan palai rinuak dan pensi, Kabupaten
Pesisir Selatan dengan rakik maco, Kabupaten Tanah Datar dengan lamang Limo
Kaum dan dakak-dakak simabua-nya. Literatur Literatur sejarah mengenai Sumatera
Barat dan kebudayaan Minangkabau secara umum dapat dijumpai antara lain di
Pusat Dokumentasi Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), yang terletak di
tengah-tengah objek wisata Perkampungan Minangkabau (Minangkabau Village), kota
Padang Panjang, Sumatera Barat. Di PDIKM banyak tersimpan informasi sejarah
masyarakat Minangkabau khususnya semenjak abad 18 (periode penjajahan Belanda)
hingga era 1980'an berupa dokumentasi foto mikrograf surat kabar, pakaian
tradisional, kaset rekaman lagu daerah, dokumentasi surat-surat kepemerintahan
dan alur sejarah masyarakat Minangkabau secara terperinci. Literatur mengenai
Sumatera Barat dan Minangkabau juga akan banyak didapatkan di Perpustakaan
KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) dan di
Perpustakaan Universitas Leiden, dua-duanya di Leiden, Belanda. Sejarah
Sumatera Barat (Minangkabau) Sumatera Barat pada masa lalu merupakan inti dari
Kerajaan Pagaruyung. Dalam adminisitrasi kolonial Hindia Belanda, daerah ini
tergabung dalam Gouvernement Sumatra's Westkust yang juga mencakup daerah
Tapanuli. Sejak 1906 wilayah Tapanuli dipisahkan menjadi Residentie Tapanuli.
Sedangkan wilayah Kerinci kemudian digabungkan ke dalam Sumatra's Westkust.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, wilayah Sumatera Barat tergabung dalam provinsi
Sumatera yang berpusat di Medan. Provinsi Sumatera kemudian dipecah menjadi
tiga, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Sumatera
Barat merupakan residensi didalam provinsi Sumatera Tengah beserta residensi
Riau dan Jambi. Berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, Sumatera
Tengah kemudian dipecah lagi menjadi Sumatera Barat, Riau dan Jambi. Wilayah
Kerinci yang sebelumnya tergabung dalam Kabupaten Pesisir Selatan Kerinci,
residensi Sumatera Barat, digabungkan dalam provinsi Jambi sebagai kabupaten
tersendiri. Pada awalnya ibukota provinsi baru ini adalah Bukittinggi, namun
kemudian dipindahkan ke Padang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar